Dalam dunia SEO, backlink memiliki peran penting dalam meningkatkan kredibilitas dan peringkat sebuah website di mesin pencari. Namun, tidak semua backlink membawa dampak positif. Beberapa backlink justru dapat dianggap sebagai spam dan berpotensi merusak reputasi situs Anda jika tidak dikelola dengan baik.
Google terus memperbarui algoritmanya untuk mendeteksi dan menghukum situs yang menggunakan backlink berkualitas rendah atau tidak alami. Oleh karena itu, penting bagi pemilik website dan praktisi SEO untuk memahami kriteria backlink spam yang dapat membahayakan peringkat situs mereka di hasil pencarian.
Saya pribadi tertarik menulis ini karena ternyata banyak pemula yang tidak paham backlink spam itu seperti apa. Banyak yang menganggap misalnya sebuah backlink dari instansi pasti adalah backlink berkualitas. Padahal, tidak seperti itu konsep backlink berkualitas.
Lantas seperti apa kriteria backlink spam yang wajib dihindari?
Kriteria Backlink Spam di Mata Google
1. Backlink Hasil Jual-Beli
Faktanya memang Google melarang jual beli backlink (dofollow). Google sendiri mewajari bahwa jual-beli backlink adalah hal lumrah, namun agar praktek jual-beli backlink ini tidak melanggar kebijakan, maka Google mewajibkan backlink hasil jual-beli menyertakan atribut rel=”nofollow” atau rel=”sponsored”.

Backlink hasil jual-beli ini tidak hanya bisa berdampak buruk bagi situs milik pembeli, namun juga situs milik penjual.
Lantas bagaimana dengan jasa backlink yang ada?
Pertama, perlu ditekankan bahwa saya bukan orang yang anti terhadap pembelian backlink. Namun, saya harus bersikap fair dalam menyebutkan bahwa backlink yang diperoleh melalui jual-beli memang dianggap sebagai spam dan melanggar aturan Google.
Pada umumnya setiap penyedia jasa memiliki strategi agar backlink tersebut dianggap sebagai backlink yang natural di mata Google. Ingat ya poinnya, “dianggap”.
Nah, jika Anda “terpaksa” menggunakan jasa backlink atau jasa SEO untuk memperoleh backlink, maka tugas Anda sebagai pembeli adalah memastikan penyedia jasa tersebut memiliki:
- Strategi backlink yang baik, yang membuat backlink tersebut “dianggap” sebagai backlink natural oleh Google.
- Sumber backlink bukan berasal dari situs spam (terkait ini ada penjelasan nanti di bawah).
Kalau kedua poin tersebut tidak terpenuhi, saran saya mending hindari aja. Pasalnya beli backlink aja udah hal yang salah, apalagi backlink yang aneh-aneh.
Saya pribadi, jika terpaksa harus membeli backlink, maka hanya akan ada 3 sumber utama yang saya gunakan. Detail lengkapnya bisa dibaca di artikel: 3 Sumber Backlink Paling Efektif di Era SEO Saat Ini.
2. Backlink dengan Spam Anchor Text
Sebagai contoh, backlink di sebuah postingan di forum atau komentar di blog orang lain yang menyertakan banyak sekali link dan anchor text.

Misalnya: “Terima kasih artikelnya, sangat bermanfaat – Jasa SEO, Jasa SEO Murah, Jasa SEO Berkualitas“.
3. Backlink Iklan Banner (Dofollow)
Backlink dalam bentuk iklan banner yang bersifat dofollow juga berpotensi dianggap spam.
Poin ini sama dengan poin pertama, sangat wajar terdapat transaksi jual-beli dalam bisnis digital, namun secara aturan, backlink iklan banner seharusnya menggunakan rel=”sponsored”.
4. Backlink dengan Teks yang Disembunyikan
Kalau ini, backlink yang biasanya dilakukan oleh orang yang paham soal hacking. Yakni sebuah backlink yang dengan sengaja di inject di website orang lain dengan methode hacking, yang kemudian disembunyikan dengan menggunakan css agar tidak ketahuan pemilik web.
5. Backlink PBN
Backlink PBN pada dasarnya juga spam. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, membuat atau membeli backlink adalah tindakan yang melanggar dan memanipulasi algoritma Google.
Konsep dasarnya sama dengan poin pertama tentang jual-beli backlink. Kalau mau relatif aman, ya gimana caranya agar PBN tersebut tidak dianggap sebagai tempat spam atau farming backlink aja.
Inget ya, itupun hanya sebatas relatif aman.
Adapun, saya pribadi di era SEO saat ini cenderung menghindari penggunaan PBN, alasannya sudah saya tulis di artikel sebelumnya: Apakah Expired Domain dan PBN Masih Efektif di Era SEO Sekarang?
6. Backlink dari Situs yang Berisi Spam Buatan Pengguna
Nah, sebenarnya ini poin utama yang ingin saya bahas, karena kebetulan ada yang bertanya kepada saya, “bagaimana backlink dari domain instansi yang sifatnya dari forum dan sejenisnya?”.
Intinya, kalau sebuah backlink diperoleh dengan cara tidak wajar = spam.
Sederhana aja kok sebenernya, tinggal dibalik aja posisinya. Misalnya jika yang dijadikan tempat membuat backlink tersebut adalah situs yang kita kelola, maka apa yang akan kita lakukan sebagai pengelola? Sudah pasti dihapus kan postingan berisi backlink tersebut?
Karena memang jenis backlink ini, jika pengelola website tidak segera menyadari dan memperbaikinya, situs tersebut berpotensi mendapatkan tindakan manual dari Google.

Kesimpulan
Selain poin-poin yang saya sebutkan di atas, tentu ada beragam jenis backlink yang dianggap spam oleh Google. Tapi pada intinya, backlink berkualitas tidak dapat dinilai dari sebatas sumber (misalnya dari situs intansi pemerintah), namun juga cara kita memperoleh backlink tersebut.
Oleh sebab itu, cara kita memperoleh backlink juga menjadi hal yang patut diperhatikan, pasalnya Google memang melarang membuat dan membeli backlink. Sebuah backlink secara aturan Google harusnya diperoleh dari situs lain secara cuma-cuma, misalnya karena konten yang kita tulis bermanfaat dan akhirnya dikutip situs lain untuk kontennya.
Selain artikel ini, saya juga menyarankan para pemula untuk membaca Kebijakan Spam Google dan Manual Action. Kedua dokumentasi resmi dari Google tersebut akan menambah banyak pengetahuan tentang aturan Google terkait spam (baik spam backlink atau spam jenis lainnya).
Terakhir…
Di dunia SEO, setidaknya ada tiga aliran utama: white hat, grey hat, dan black hat. Meskipun saya lebih cenderung memilih aliran white hat (atau maksimal grey hat), saya percaya bahwa setiap orang berhak menentukan pendekatan SEO yang sesuai dengan pilihannya.
Tujuan saya menulis artikel ini adalah untuk memberikan edukasi bagi pemula. Menurut saya, yang berbahaya bagi pemula bukan hanya metode yang mereka gunakan, tetapi juga ketidaktahuan bahwa tindakan mereka bisa jadi melanggar kebijakan Google.